Monday, April 11, 2016

Titik Keberangkatan dalam Melukis

7777777
-
Dari manakah seorang pelukis berangkat melukis? Dari luar dirinyakah? Dari dalam dirinyakah? Atau dari keduanya - luar dan dalam. Atau...
Apakah yang sangat menentukan wujud karyanya pada akhirnya? Apakah apa yang dilihatnya di luar dirinya? Apakah apa yang dilihat dan dirasakannya di dalam dirinya? Ataukah gabungan keduanya?
Dunia luarkah yang menentukan wujud karyanya? Atau dunia dalamkah yang mendiktekan bentuk-bentuk dan warna-warna di atas kanvasnya?
Bagian manakah yang lebih banyak kadarnya? Luar atau dalam?
Mari kita ambil sebuah lukisan perahu di pinggir pantai, misalnya. Betulkah lukisan itu tentang rupa perahu itu, atau sebenarnya lukisan itu tentang sesuatu yang lain yang sedikit sekali hubungannya dengan rupa perahu itu?
Bisa jadi si pelukis memang hanya suka perahu. Dia suka pada bentuk badan perahu, layarnya dan warnanya yang bermacam-macam. Dia suka melihat perahu yang tergeletak di pantai. Dia suka hamparan pasir tempat perahu itu berada. Dia suka bentuk air laut dan ombaknya. Dia suka awan dan langit yang luas terbentang di atas perahu itu. Dia suka hubungan rupa antara perahu dengan segala sesuatu di sekitar perahu itu. Si pelukis terangsang untuk melukis apa yang dilihatnya di luar dirinya. Dia tidak memusingkan perihal pesan apa yang ingin disampaikannya melalui gambar yang dibuatnya itu. Aku suka apa yang aku lihat dan aku ingin melukisnya, begitu mungkin katanya. Maka mulailah dia melukis. Dan karena kecakapannya, lukisannya bisa jadi bagus. Itu satu kemungkinan.
Rangsangan dari luar bisa juga begini. Si pelukis melukis perahu karena dia amati lukisan perahu sedang populer, banyak diminati dan diperjual-belikan dengan harga tinggi.
Jadi bukan perahunya sebenarnya yang dia minati. Konsep, gagasan dan pesan dalam lukisan? Semua itu jauh dari pikirannya. Membuat uanglah yang menjadi penentu wujud lukisannya. Bisa juga dia mencari kepopuleran semu, karena dia menumpang di kepopuleran seniman lain. Itu kemungkinan lain.
Rangsangan dari luar bisa juga begini. Sang pelukis suka perahu. Dia tertarik dengan perahu tertentu. Dia dengar perahu tersebut memiliki cerita atau sejarah menarik. Kabarnya perahu tersebut mempunyai kaitan erat dengan perkembangan masyarakat di tempat perahu itu berada. Lalu si pelukis mencari informasi lebih banyak tentang perahu tersebut dan tentang masyarakat di tempat itu. Kemudian dia melukis perahu itu.
Gambar perahu di lukisannya itu dia jadikan sebagai semacam monumen sejarah, alat pengingat pada kejadian penting pada masa lalu. Dia ingin orang lain pun tahu tentang cerita atau sejarah masyarakat tempat perahu itu dia temukan. Itu kemungkinan lain lagi.
Rangsangan dari luar itu bisa juga begini. Si pelukis suka perahu. Dia melihat banyak kesamaan antara hidupnya dengan perahu. Seperti perahu, dia pun mengarungi samudra, yakni samudra kehidupan. Seperti perahu, hidupnya pun kadang-kadang diliputi kesunyian yang amat sangat; kadang-kadang diterpa hujan, angin ribut, bahkan badai kehidupan; kadang-kadang terombang-ambing tak menentu; kadang-kadang semangatnya patah bagaikan patahnya tiang layar perahu itu. Si pelukis melihat kisah perahu itu juga bagai kisah banyak manusia lainnya. Kisah universal. Lalu dia melukis perahu. Tapi sebenarnya yang dilukisnya bukanlah perahu, tapi kisah hidupnya dan kisah hidup banyak manusia lain. Gambar perahu digunakannya hanyalah sebagai "jendela", lewat mana orang-orang akan melihat cerita tentang kehidupan manusia.
Wujud akhir lukisan yang berupa perahu bisa juga karena rangsangan dari dalam diri si pelukis. Bagaimana pula itu?
Ya, si pelukis melihat ke dalam dirinya. Dia merenungi hidup dan kehidupannya. Dia "melihat" rasanya, pikiran-pikirannya, sikapnya, kecenderungannya. Dia melihat siapa dirinya dan jati dirinya. Dia ingin melukiskan semua itu di atas kanvas. Jadi, penentu wujud lukisannya bukanlah apa yang ada di luar sana, tapi apa yang ada di dalam dirinya sejak lama.
Bagaimanakah aku melukiskan rasa dan pikirku ini?, tanya dia pada dirinya. Bagaimana aku melukiskan sesuatu yang tidak kasat mata tapi nyata ada karena aku memikirkan dan merasakannya?
Lalu dari dalam itulah dia melihat ke luar. Dari dalamlah dia memulai lukisannya. Jati dirinyalah yang ingin diekspresikannya melalui cat di atas kanvas. Melihat ke luar, dia menemukan perahu. Dan dia melihat bahwa perahu bisa dijadikan bentuk lewat mana dia bisa bercerita tentang dirinya. Yang tampak di dalam menentukan yang tampak di luar. Jati dirinya menentukan wujud yang ada di atas kanvasnya. Gambar perahunya sebenarnya bukanlah gambar perahu, tapi gambar dirinya.
Itu juga sebuah kemungkinan.
Tapi, apakah sebenarnya yang di dalam itu benar-benar berasal dari dalam? Mungkinkah sebenarnya semuanya berasal dari luar, dan semua pelukis melukiskan apa-apa yang ada di luar dirinya?
Jika kita percaya bahwa waktu kita lahir kita bagaikan selembar kertas putih, maka boleh jadi semua yang kita lukis adalah apa-apa yang berasal dari luar diri kita. Semua yang dilukis para pelukis hanyalah pengalaman-pengalaman diri yang terakumulasi dimulai sejak mereka lahir ke dunia. Pengalaman-pengalaman itu bisa lama, bisa juga baru.
Pengalaman adalah bagian dari memori atau ingatan. Dan ingatan adalah "barang" lama, yakni sesuatu yang terjadi pada masa lalu.
Bagi yang percaya bahwa dia pernah hidup di kehidupan yang lain sebelum di kehidupan ini, maka dia akan berkata bahwa yang di dalam itu ada dan memang benar-benar berasal dari dalam. Yang diperlukannya adalah benar-benar melihat ke dalam dirinya. Di situlah tempat jati dirinya. Apa yang kemudian dilukisnya bisa jadi juga gambar perahu, atau sesuatu yang lain.
Bagi yang percaya bahwa kita berasal dari surga dan kita sebenarnya masih membawa pengalaman-pengalaman dari surga itu, maka pengalaman-pengalaman "dari dalam" itu bisa juga menjadi titik keberangkatan proses melukisnya. Dan wujud lukisannya bisa juga berupa gambar perahu! Ya, atau gambar sesuatu yang lain.
Orang-orang yang melukis memang bebas untuk melukis apa yang mereka ingin lukis. Titik keberangkatannya bisa macam-macam, dan dengan tujuan yang macam-macam pula. Lukisan adalah medium atau cara; cara untuk mencapai apa yang diinginkan oleh si pelukis. Ada orang yang melukis karena rasa suka saja. Ada yang melukis untuk mengungkapkan siapa dirinya. Ada yang melukis untuk menyuarakan protes, atau memberikan kesadaran akan sesuatu kepada manusia lain. Ada yang melukis hanya sekadar untuk membuat uang.
Melihat isi tulisan di atas, ada beberapa lukisan perahu yang dimulai oleh pelukisnya dari titik keberangkatan yang berbeda-beda. Wujud akhir lukisan adalah gambar perahu. Perahu digunakan hanyalah sebagai contoh. Semua lukisan perahu itu bisa saja bagus rupanya karena kecakapan para pelukisnya.
Apakah anda seorang pelukis? Dari manakah anda berangkat memulai lukisan anda? Mengapa anda melukis, dan apa tujuan anda?
-
ydb, washington dc, 6april2016
jaga bara!
-
7777777

No comments:

Post a Comment