Monday, September 29, 2014

YDB, 'DIDADADA', PASTEL ON PAPER, 18' x 24' , 2010



YDB, 'DIDADADA', PASTEL ON PAPER, 18' x 24' , 2010

KEBOHONGAN ADALAH RACUN

1234567
Indonesia membutuhkan penulis seni, kritikus seni dan kurator seni yang berpengetahuan luas, jujur, berani, tegas, dan - ini sangat penting - yang tulisan-tulisan[baca: pujian-pujian] mereka tentang karya seni tidak bisa dibeli oleh siapapun, termasuk oleh kolektor, pebisnis, ataupun seniman sendiri. Dengan pengetahuannya yang dalam dan pandangannya yang kritis, mereka harus jujur dan berani menuliskan apa yang benar-benar ada dalam pikiran dan perasaan mereka tentang karya seni yang mereka bicarakan. Apabila tidak demikian, isi tulisan mereka ternoda dan dirusak oleh kebohongan. Dan kebohongan pulalah yang dibaca oleh pembaca tulisan mereka. Seperti kita tahu, kebohongan adalah racun.
*
ydb, washington dc, usa, 29092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567

BOOK: PAINTING TODAY by TONY GODFREY, 2009, PHAIDON, LONDON, NY.

1234567
BUKU SENI: : 'PAINTING TODAY' oleh TONY GODFREY, 2009, Phaidon, London, NY.
Beberapa hari yang lalu aku mengunjungi sebuah museum seni rupa di Washington DC [The Phillips Collection Museum]. Sebelum pulang, kusempatkan mampir di toko buku di dalam museum tersebut.
Di situ aku kembali melihat buku berat segede gajah gemuk itu. Judul buku itu adalah PAINTING TODAY yang ditulis oleh Tony Godfrey.
Yang menarik adalah, dalam buku itu tercantum 4 nama perupa kontemporer Indonesia yang berusia relatif masih muda. Mereka adalah: Jumaldi Alfi, Agus Suwage, Nyoman Masriadi, dan Rudi Mantovani. Yang lebih menarik adalah nama-nama mereka ditulis sebaris dan disebut sehelaan nafas dengan nama-nama seniman sangat dikenal di dunia seperti: Gerhard Richter, Georg Baselitz, Anselm Kiefer, Cy Twombly, Julian Schnabel, dll. Beberapa reproduksi lukisan mereka pun disertakan di situ.
Ini tentu sangat membesarkan hati!
Zaman memang sudah berubah rupanya. Semasa aku kuliah di ASRI/ ISI dulu di awal tahun 80an, hal seperti itu tidak pernah kutemukan. Paling-paling aku hanya mendengar dan membaca bahwa pelukis Affandi pernah belajar di India dan berpameran di Amerika dan Perancis. Setahuku, kala itu masih sangat jarang seniman-seniman Indonesia - bahkan yang senior-senior sekalipun - berpameran di luar negeri.
Hari ini keadaannya memang lebih baik dibanding dulu. Tapi belum baik benar.
Dalam buku itu, jumlah nama seniman Indonesia yang dicantumkan hanya 4. Tidak satupun nama seniman perempuan Indonesia tercantum dalam buku seberat kapal itu! Apa barangkali belum saatnya? Apakah diperlukan waktu 30 tahun pula sampai kita terbiasa melihat 5 atau 6 nama seniman perempuan Indonesia beserta reproduksi karya mereka tercantum dalam buku-buku tentang seni rupa internasional yang tebal-tebal dan berat itu?
Siapa yang tahu jawabnya?
*
ydb, washington dc, usa, 29092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567






KONDISI KESENIAN INDONESIA

1234567
Teman-teman,
Aku punya pertanyaan:
Sudah happy-kah kita dengan kesenian dan kondisi kesenian kita sekarang ini?

"Ah, berkarya sajalah!" sebagian kita mungkin akan cepat-cepat berkata begitu.
Oya? Cukupkah itu?

Sudahkah kita happy dengan museum-museum dan galeri-galeri kita sekarang ini? Lalu, sudahkah kita happy dengan kualitas seni yang dipertontonkan pemerintah Indonesia kepada dunia, misalnya?

Teman-teman,
Sesungguhnya seniman berperan penting dalam menentukan arah perjalanan bangsa dalam bidang seni dan budayanya, yang tentu saja kemudian akan mempengaruhi bidang-bidang lain, pastinya!
Menurutku, berkarya saja di studio tidak cukup! Seniman bisa memberi kontribusi yang lebih besar kepada Bangsa.

Oh ya omong-omong, dekatkah presiden terpilih kita ini dengan seniman, termasuk seniman kontemporer? Sukakah beliau mengunjungi museum atau pertunjukan kesenian? Seberapa seringkah beliau selama ini mengunjungi pameran seni kontemporer? Saya hanya bertanya.

Seberapa sering selama ini seniman "diajak berembug" oleh pemerintah dalam hal-hal terkait kepentingan dan kenyamanan rakyat banyak?

Beberapa diantara teman-teman pernah mengatakan kepadaku betapa banyak keadaan buruk dalam kesenian dan kondisi kesenian kita saat ini.
Pertanyaannya adalah: Akankah para seniman, pekerja seni, pencinta seni, dll. membiarkan kondisi tersebut terus berlanjut seperti itu? Bukankah kita bisa, berhak, dan juga bertanggung jawab mengubah keadaan itu? Disinilah kita ditantang. PEDULIkah kita? Do we CARE? Ataukah kita sudah "nyerah"?

Kita tunaikan kewajiban kita, dan kita tuntut hak kita!

Tanpa kesenian dan kondisi kesenian yang hebat dan dahsyat, kita tidak akan bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan negara-negara maju yang sudah duluan memiliki kesenian dan kondisi kesenian yang hebat dan dahsyat. Kalau kita tidak berubah menjadi lebih baik, kita akan terus tertinggal!

Masa pergantian pemerintahan ini menurutku adalah momen yang tepat untuk mendorong perubahan. Dan kalau mau, para seniman bisa melakukan itu!

*
ydb, washington dc, usa, 28092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!


1234567

Saturday, September 27, 2014

KUPELUK KAU SEKUAT CINTAKU

Yuno Delwizar Baswir - SAJAK OLA LAE POHAN!

IACA GALLERY: PAINTINGS BY MIKRAY PIDA

1234567
IACA GALLERY: Paintings by Mikray Pida
Aku mengenal Mikray melalui seorang kawanku.
Suatu hari ketika aku mengunjungi halaman facebook kawanku senimanAlice Whealin, terlihat olehku sebuah foto kawanku itu dengan seorang perempuan yang namanya menarik perhatianku. Unik namanya, pikirku. Dari manakah asalnya?
Segera kuketahui bahwa dia adalah juga seorang pelukis. Dan lukisannya menarik!
"Ah, kutanyakan saja dari mana asalnya," kataku dalam hati. Lalu kutulis sapaan perkenalan melalui inbox facebooknya.
Rupanya dia sedang online. Maka terlibatlah kami dalam percakapan perkenalan.
"Aku seorang warga Uyghur dari Xinjiang, China, " katanya.
"Kami menggunakan bahasa Turki," tambahnya.
"Wow! Assalamualaikum!," seruku.
"Ini adalah pertama kalinya aku mengenal seseorang dari Urumqi!" kataku.
"Sebagai seorang pembaca berita, aku telah mengucapkan kata 'Uyghur' berulang kali di udara...dan didengar oleh pendengarku di Indonesia! Warga Muslim di Indonesia sangat prihatin atas nasib orang Uyghur," imbuhku.
"Ya, aku sudah mendengar beritanya. Aku sangat berterima kasih pada Indonesia atas keprihatinannya atas situasi orang Uyghur," ujar Mikray.
"Aku sangat senang berkenalan denganmu," katanya menambahkan.
Sejak hari itu, jadilah Mikray seorang kawan baikku.
*
ydb, washington dc. usa, 27.09.2014
peace, love, and tolerance greetings from me to all of you and the universe
jaga bara!
1234567






Thursday, September 25, 2014

SAJAK MENCARI [2014]

1234567
SAJAK MENCARI [2014]
*untuk orang-orang yang kehilangan
*
ydb, washington dc, usa, 25.09.2014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567

Tuesday, September 23, 2014

SAJAK MAINKAN PERANMU! JUST PLAY YOUR PART!

1234567
*
ydb, washington dc, usa, 23092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!


1234567

OBROLAN RINGAN: REVOLUSI / TRANSFORMASI

1234567
OBROLAN RINGAN: [ Leilawati Rooswa dan YDB ]
PUISI CINTA
Kau tabur bunga di kuburku
Aku terlempar
Dari tanah ke awan
Yang lama jadi baru
Rasa ini
Tak mampu kulawan
*
yuno delwizar baswir
washington dc, 2011
_________________________
Leilawati Rooswa: Ini terinspirasi waktu Pak Yuno jatuh cinta ya. Atau ini penggambaran orang yang baru jatuh cinta dari sekian lama menutup hati. Bagus banget puisinya langsung menyentuh hati. Kereeen.
Yuno Delwizar Baswir: Pemicu lahirnya puisi ini malah bukan cinta...
Selamat sore mba Leilawati Rooswa. Apa kabar?
Leilawati Rooswa: Kabar baik Alhamdulillah. Kalo boleh tau pemicu puisi itu apa pak Yuno?
Yuno Delwizar Baswir: Agak panjang ceritanya.....
Leilawati Rooswa: O nanti bikin cerpen aja ya
Yuno Delwizar Baswir: Iya....cerpen atau esei..
Ini akan membuktikan bahwa orang2 yg membuat karya seni bisa menggunakan sesuatu , sebut saja A, lalu menjelmakannya menjadi Z....
Mereka hanya perlu awas mengamati pemicu2 tsb, lalu mereka menggunakan daya imajinasi mereka yg kreatif.
Leilawati Rooswa: O iya begitu ya proses mendapat inspirasi nanti tinggal dikembangkan sehingga jadi karya yang spektakuler . . .
Yuno Delwizar Baswir: Tergantung pada kehebatan senimannya...
Leilawati Rooswa: Ya terima kasih sekarang udah sedikit terungkap makanya seniman sering merenung ya
Yuno Delwizar Baswir: .....mikirin utang kaliii....hehehe...(maaf becanda)
Leilawati Rooswa: Ya jadi kita mengamati sesuatu yang membuat kita terinspirasi kemudian kita menggunakan [daya] kreatifitas kita untuk mengubah sesuatu yang dari biasa2 saja [men]jadi [sesuatu] yang lebih bermakna sehingga bisa membawa pesan kepada orang lain. Begitu ya pak Yuno
Yuno Delwizar Baswir: Inilah yang dulu saya sebut sebagai 'revolusi' !...yang juga berarti 'transformasi'.
*
ydb, washington dc, usa, 23092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567

Sunday, September 21, 2014

PUISI HIDUP/MATI / LIFE/DEATH POEM

PUISI HIDUP/MATI

Hari ini
Kematian menghadangku
Diperlihatkannya jantannya
Lalu kuperlihatkan jantanku

Mata kami beradu
Sinis senyumnya
Cinta di dadaku
Tapi bukan untuknya!

Mendekatlah!
Sabitkan pedangmu
Nantikan tusuk belatiku

Di bawah terik matahari
Kami tegak berdiri
Hitam jubahnya
Putih jubahku

Walaupun seru
Tak lama pergulatan itu
Tersipu dia berlalu
Karena belum waktuku!

*
Yuno Delwizar Baswir
Washington, DC, 08 Desember 2011
Salam Damai dan Kasih Untukmu Semesta
Jaga Bara!

MY SONG: TWO WAYS MEET / SUMATRA - AUSTRALIA

123456
MY SONG: TWO WAYS MEET / SUMATRA - AUSTRALIA
*
ydb, washington dc, usa, 2092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567

MEMBACA KARYA: 'Family of Saltimbanques' (1905) oleh PICASSO

1234567
MEMBACA KARYA: 'Family of Saltimbanques' (1905) oleh PICASSO
Aku pernah mengutip ungkapan yang mengatakan bahwa 'Keindahan itu terletak di mata orang yang melihatnya.'
Saat berhadapan dengan sebuah karya seni, tiap orang membawa pengalaman dan latar belakangnya sendiri bersamanya. Lain kepala lain pikirannya. Lain hati lain pula perasaannya. Tiap orang memiliki pengalaman yang berbeda.
Mari kita lihat kembali karya Picasso[25 October, 1881, Málaga, Spanyol -
8 April, 1973, Mougins, Perancis] yang berjudul Family of Saltimbanques (1905). Seperti kita tahu, Picasso adalah salah seorang tokoh/seniman paling terkenal abad 20. Lukisan ini menggambarkan sekelompok pemain sirkus yang selalu mengadakan tur pertunjukan di kota-kota yang berbeda.
Kita semua sepakat bahwa lukisan tersebut adalah sebuah lukisan yang indah. Tapi tahukah kita apa yang menggerakkan Picasso untuk membuat lukisan itu? Apa tujuannya? Apakah dia hanya sekedar tertarik pada bentuk figur-figur tersebut yang memang artistik, bagaikan sudah artistiknya figur-figur perempuan penari kita dengan kostum mereka yang berwarna-warni itu? Atau, apakah melalui tokoh-tokoh dalam lukisannya, dia ingin mengatakan sesuatu yang dalam tentang Manusia dan kehidupannya? Disini kita bergerak memasuki pintu menuju makna karya seni. Akankah kita temui pula keindahan di situ?
Kemarin di internet aku menjumpai cuplikan karya Penyair Bohemian Austria Rainer Maria Rilke. Apa yang ditulisnya membuktikan bahwa memang keindahan itu terletak di mata orang yang melihatnya. Sebagai seorang penyair yang luar biasa, pembacaan Rilke terhadap karya Picasso itu sangat dalam. Dia menarik makna lukisan itu ke eksistensi atau keberadaan manusia di alam semesta ini.
Mari kita baca 2 paragraf yang sudah saya terjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia :
Penyair Bohemian Austria Rainer Maria Rilke (1875-1926) terinspirasi oleh lukisan ini ketika ia menulis bagian kelima dari sepuluh eleginya yang berjudul Duino Elegi (1923). Rilke menggunakan figur-figur dalam lukisan Picasso sebagai simbol "aktivitas manusia ... selalu bepergian dan tanpa tempat tinggal tetap, hidup mereka bahkan tampak lebih singkat daripada hidup kita, kehidupan singkat yang sering kita keluhkan."
Lebih jauh, meskipun lukisan Picasso menggambarkan tokoh-tokoh dalam lanskap gurun yang terpencil, Rilke menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang berdiri di "karpet yang tipis" untuk mengindikasikan "kesepian dan keterkucilan Manusia di dunia yang tak dapat dipahami ini, menjalankan profesi mereka dari masa kanak-kanak sampai mereka mati sebagai mainan sebuah ‘kehendak yang tidak diketahui’[unknown will] ... sebelum sesuatu yang murni yang terlalu sedikit mereka miliki, berlalu menjadi sesuatu yang 'teramat sangat kosong atau hampa. ' "
(en.wikipedia.org)
Dalam dan indah apa yang ditulis Rilke. Tapi itukah yang ada dalam benak Picasso ketika dia melukis lukisan ini? Itukah tujuan Picasso? Jawabnya mungkin tidak! Eh, mungkin juga ya...
Apa yang ada dalam benak teman-teman ketika melihat gambar lukisan ini sebelum membaca tulisan ini? Bagaimana teman-teman menikmati karya ini sebelum ini?
*
ydb, washington dc, usa, 21092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567

ENERGI POSITIF

1234567
Pancarkanlah energi positif, bukannya energi negatif, dalam keseharianmu.
Energi positifmu dapat membuat langit orang lain terang benderang.
Sedangkan pancaran energi negatifmu dapat mengubah langit orang lain jadi kelabu.
*
ydb, washington dc, usa, 21092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
1234567

Friday, September 19, 2014

17 LAGU CIPTAANKU / 17 SONGS I WROTE

1234567
17 LAGU CIPTAANKU:
______
01. TERJAGA KELOPAK SERIBU BUNGA: https://www.youtube.com/watch?v=3ZyZX7Xpi88
03. KU KAN KEMBALI KE JOGJA: https://www.youtube.com/watch?v=Dp8AR7aDvK8
04. SANANA / TETAP SAYANG: https://www.youtube.com/watch?v=Z3TPzVEbDgE
05. RUMPUT-RUMPUT DI LANGIT: https://www.youtube.com/watch?v=Bc7Eg-cjcis
06. KUINGIN MENANGIS KUINGIN TERTAWA:https://www.youtube.com/watch?v=w3-4mJl-zdQ
07. INILAH YANG HAMPIR SELALU TERJADI:https://www.youtube.com/watch?v=_UTr-8KCiJA
16. KESENGSARAAN DAN KEBAHAGIAAN:https://www.youtube.com/watch?v=GUT3ddCiNyU
ydb, washington dc, usa, 09182014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!

1234567

AMERIKA, SENI, DAN CERITA KECILKU [2] / AMERICA, ART, AND MY SMALL STORY [PART 2]

1234567

AMERIKA, SENI, DAN CERITA KECILKU [2]

Ada sesuatu yang meledak di dalam diriku ketika aku sampai di depan museum National Gallery of Art di Washington DC itu. Aku tak tahu pasti apa. Entah kepalaku, entah dadaku, entah pikiranku, entah perasaanku, entah kegiranganku, entahlah.
Yang aku tahu aku terperangah di hadapan gedung yang dirancang oleh arsitek termasyhur I.M. Pei itu.


Patung besar karya Henry Moore itu menghentikan langkahku. Aku ingat aku pernah melihat gambar patung ini dalam buku-buku yang kupinjam di perpustakaan kampus ASRI/ ISI di Yogyakarta dulu. Sekarang patung itu berdiri menantangku dengan gagahnya! Aku perlu waktu untuk menikmati patung besar ini, pikirku. Aku ingin mengelilinginya, melihatnya dari berbagai sudut pandang.

“Let’s go in Yuno!,” kata istriku Mardi tiba-tiba. Suaranya menyentakku dari keasyikanku dan keterperangahanku memandangi karya Pak Henry itu.

“Okey, okey,” kataku sambil bergegas menyusulnya menuju pintu masuk museum besar itu.

Mardi dan aku masuk melalui pintu museum yang berputar. Setibanya di dalam, penjaga keamanan mengatakan bahwa tas yang dibawa Mardi perlu diperiksa dulu. Mardi menyerahkan tasnya kepada penjaga itu, sementara mataku menyapu bagian dalam museum.
Aku tambah melongo! Ini baru museum! kataku dalam hati.
Karya yang paling mencolok di tengah ruang megah gedung museum itu adalah patung bergerak karya Alexander Calder. [lihat gambar] Patung berwarna merah biru hitam itu tergantung dengan cantiknya dari langit-langit gedung yang tinggi itu. Dan patung itu bergerak berputar perlahan-lahan.


“Ayo Yuno!,” ajak Mardi lagi. Dia ingin kami segera masuk ke dalam ruangan galeri. Aku mulai merasa bahwa Mardi tampaknya tidak ingin aku berlama-lama berada di satu tempat.

Lagi-lagi aku terperangah ketika kami berada dalam ruangan galeri lukisan itu. Aku takjub, terpesona dan juga terharu. Betapa tidak, inilah pertama kalinya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri lukisan-lukisan para empu yang selama di Yogyakarta hanya dapat kulihat gambarnya di buku-buku.
Ada lukisan Cezanne, Picasso, Matisse, Van Gogh, Dubuffet, Pollock, Rothko, Roy Lichtenstein, Andy Warhol, dan banyak lagi! Gila! Aku benar-benar dibuat melongo. Rasanya aku kenal orang-orang ini, seniman-seniman ampuh ini. Nama-nama mereka telah sering kuucapkan dalam diskusi-diskusi larut malamku dengan kawan-kawanku di ASRI.


Aku terkagum-kagum berdiri di depan lukisan besar Picasso Family of Saltimbanques (1905). Ada rasa haru juga dalam hatiku melihat kanvas dan cat lukisan itu. Hmm…Picasso dulu menggerak-gerakkan tangannya dan menyapukan kuasnya ke atas kanvas ini!
Tapi lagi-lagi Mardi mengajakku untuk terus bergerak, jangan terlalu lama berdiri di depan satu lukisan. Dia tampak tidak santai. Mungkin dia sudah sering melihat lukisan-lukisan ini, pikirku. Atau mungkin juga perasaannya tidak setertarik perasaanku dengan lukisan. Dia memang seorang penari, bukan pelukis.

Lukisan demi lukisan kami lewati terlalu cepat. Galeri demi galeri. Luar biasa!








Lihatlah lukisan Van Gogh itu! Lihatlah lukisan Matisse itu! Lalu lihatlah lukisan besar Rothko ini! Wah, Rothko..
Di hadapan lukisannya aku menghela nafas panjang….Disini aku terpaku…..dan terharu…
Ingatanku langsung saja terbang ke Yogya! Teringat olehku sahabatku di ASRI MH Agus Burhan, yang kini sudah menjadi seorang doktor dalam bidang sejarah seni rupa Indonesia. Teringat olehku obrolan-obrolan larut malam kami tentang pelukis Rothko ini dan karyanya. Kami memang mengagumi bentuk visual karya-karya Rothko dan kedalaman isinya.


Ah, begitu banyak lukisan untuk dilihat, dan begitu pendek waktu terasa. Apalagi Mardi terus mengingatkanku untuk “keep moving”…terus bergerak…
Aku harus kembali sendirian, kataku dalam hati.


Maka sejak hari itu, jadilah museum-museum dan galeri-galeri di kota Washington DC sebagai tempat mainku, sebagaimana layaknya halaman belakang rumahku sendiri!
Dulu di Yogyakarta aku belajar seni rupa Barat di dalam kampus, tapi sekarang aku belajar dari melihat langsung karya-karya para empu itu!

Nikmat.

[Bersambung]

***

Yuno Delwizar Baswir, Washington DC, USA, 19092014
Salam Damai dan Kasih untukmu Semesta
Jaga Bara!


1234567

Thursday, September 18, 2014

SEPERTI TUHAN / LIKE GOD

1234567
Seperti Tuhan -- yang peduli pada segalanya, yang tahu ke mana jatuhnya setiap tetes hujan -- seniman hendaknya jangan meremehkan hal-hal yang tampak kecil untuk dijadikan pemicu dalam berkarya. Seniman harus peka, cerdas dan cepat mengenali hal sekecil apapun namun dapat dijadikan titik keberangkatan untuk menciptakan karya seni yang berpotensi dahsyat.
Seperti Tuhan, seniman mesti memperhatikan segala hal, bukan hanya hal-hal yang besar saja.
*
YDB, Washington DC, 18092014
Salam damai dan Kasih untukmu Semesta
Jaga Bara!
1234567

AMERIKA, SENI DAN CERITA KECILKU [1] / AMERICA, ART, AND MY SMALL STORY [PART 1]

*******
AMERIKA, SENI DAN CERITA KECILKU
Kemarin, tanggal 11 September 2014, genap 31 tahun aku berada di Amerika.
Pada tanggal 11 September 1983 aku menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya di tanah Amerika Serikat.
Tahun 1983 memang tahun yang penting bagiku.
Dalam tahun itu aku menikah untuk pertama kalinya. Dalam tahun itu pula aku dengan berat hati keluar dari STSRI ASRI/ISI Yogyakarta jurusan Seni Lukis. Kuliahku belum selesai, aku baru tingkat 3 ketika itu.
Kutinggalkan kota seni dan kota gudeg Yogyakarta dengan perasaan sedih. Kutinggalkan teman-teman seangkatanku(angkatan 80) dengan perasaan sangat berat. Kutinggalkan dosen-dosenku -- seniman-seniman handal itu.
Dengan istriku Mardi Glenn, seorang penari moderen, aku berangkat menuju negeri Paman Sam Amerika di awal September tahun 1983 itu. Maka kumulailah perjalanan dan perjuangan yang ternyata sangat berat bagiku, perjalanan dan perjuangan untuk bertahan hidup, perjalanan dan perjuangan untuk mengejar mimpiku untuk terus berkarya dalam dunia kesenian yang sejak kecil memang telah kutekuni dan geluti.
Sangat berat kataku, mengapa? Ya, karena perkawinanku dengan Mardi ambruk hanya 7 bulan setelah aku tiba di Amerika.
Sejak itu, aku mulai hidup dan berjuang sendiri – aku yang belum bisa berbahasa Inggris, aku yang tidak punya pengalaman kerja, aku yang belum selesai kuliah…
Tapi sebelum aku bercerita lebih banyak, inilah yang ingin kusampaikan lebih dulu:
Istriku Mardi segera mengajakku mengunjungi museum seni The National Gallery of Art di Washington DC beberapa hari setelah kami tiba di Amerika! Bayangkan sajalah betapa gembiranya aku.
Dan tahukah teman-teman karya seniman terkenal mana yang pertama kali kulihat di Amerika? Seniman dan karya yang selama beberapa tahun hanya bisa kubaca dan kulihat gambarnya melalui buku-buku yang kupinjam dari perpustakaan kampus ASRI.
Namanya adalah Henry Moore, pematung Inggris itu! Dan sebabnya adalah karena karya patungnya yang sangat besar dan dahsyat itu ditempatkan persis di depan museum itu. [lihat gambar]
Kabar duka.
Bagi teman-teman yang kenal Mardi, bacalah ini.
Mardi meninggal dunia tanggal 8 Agustus bulan lalu akibat kanker payudara dan gagal ginjal. Usianya 56 tahun. Rest In Peace Mardi!
[Bersambung]
YDB, Washington DC, USA, 12092014
Salam Damai dan Kasih untukmu Semesta
Jaga Bara!
*******


PUISI CINTA / LOVE POEM

PUISI CINTA

Kau tabur bunga di kuburku

Aku terlempar

Dari tanah ke awan


Yang lama jadi baru

Rasa ini

Tak mampu kulawan

*
yuno delwizar baswir

washington dc, 2011
Salam Damai dan Kasih Untukmu Semesta!

SAJAK PERGILAH

*******
PERGILAH
Ditinggal.
Ditinggalkan lagi. 
Dulu dan kini.
Lama-lama kebal juga hati.
Kian biasa jalan sendiri.
Seribu duri tak banyak arti.
Hidup adalah puisi, mati sunyi abadi.
Pergilah.
Pergilah kau mengejar mimpi.
Disini kau terbakar panasnya api.
Disini hilang bulan datang mentari.
Lari mentari bulan kembali.
Pergilah, tapi jangan kau sesali.
Nurani tak bisa dibohongi.
Rahasia duka di dalam sepi.
Rahasia cinta di dalam hati.
***
Yuno Delwizar Baswir, Washington DC, USA, 16092014
Salam Damai dan Kasih untukmu Semesta
Jaga Bara!
*******

API KREATIF / THE FLAME OF CREATIVITY

*******
Seniman harus terus menjaga nyala api kreatifnya.
Ia harus aktif membuka pintu-pintu kreatifitas, baik di dalam dirinya maupun di luar dirinya. Daya didapat dari Daya. Bara berubah menjadi Nyala. Cinta tidak ditunggu. Ilham harus diburu.
ydb, washington dc, usa, 16092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!

*******

SAJAK PERGI

*******
PERGI
Kau kan pergi.
Aku kan pergi.
Dia kan pergi.
Karena rumah kita bukan di sini.
Rindu kita di sana: Rumah Misteri.
Cinta kita di Singgasana, bukan di singgasini.
Tiap jantung menghitung detak.
Dalam riuh dan dalam sunyi.
Ingin sampai ingin berhenti.
Dalam rangkul peluk Ilahi.
*
YDB, Washington DC, USA, 14092014
Salam Damai dan Kasih untukmu Semesta
Jaga Bara!
*******

JANGAN TERKECOH

******
Janganlah terkecoh oleh karya seni yang tampak dari luar membangkitkan rasa takjub dan kagum dalam diri anda.
Sebagian dari karya-karya yang "menakjubkan" dan "mengagumkan" itu sebenarnya hampa makna. Kalaupun ada, tak seberapa.

ydb, washington dc, usa, 13092014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!

*******

"The Golden Shit" oleh Heri Dono [2]

*******
Betul sekali kata Bung Fadzil Idris [Malaysia].
Orang Amerika bilang:" Beauty is in the eye of the beholder."
Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda mengenai apa INDAH itu.
Saya pernah menulis tentang "konteks" dalam karya seni. Terbukti bahwa tanpa mengetahui konteks dalam patung "The Golden Shit" [Tahi Emas] karya Heri Dono, yang menggambarkan seekor anjing sedang buang air besar, orang akan tidak mengerti apa tujuan Heri membuat patung itu dan apa makna karya itu. Orang akan mempunyai penafsiran mereka masing-masing tentang karya itu. Penafsiran itu bisa jadi bertolak belakang dengan apa yang dimaksudkan oleh Heri.
Tapi itu juga sah, karena seperti yang pernah saya tulis, orang akan membawa pengalaman, pengetahuan, perasaan mereka masing-masing ketika mereka berhadapan dengan karya seni. Selain itu, karya seni juga dapat dinikmati dari berbagai level dan segi, baik level atau segi wujud maupun makna.
Banyak karya seni yang hebat memiliki multi makna dan multi penafsiran.
Bung Fadzil benar, melepaskan sepatu di luar rumah akan dengan mudah kita apresiasi dan hargai. Orang Jepang pun bisa. Tapi tidak demikian orang Eropa atau orang Amerika. Mereka menganggap itu hal yang ganjil dan mencengangkan. Dan tentu saja, mereka punya alasan mereka sendiri.
Pembacaan dan penafsiran orang di Jerman atas karya Heri Dono "The Golden Shit" [Tahi Emas] itu dapat dipastikan berbeda dengan pembacaan dan penafsiran kita di Indonesia atau juga di Malaysia.
*
ydb, washington dc, usa, 10 september 2014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
*******

"The Golden Shit" oleh Heri Dono

*******
Teman-teman IACA yang baik,
Menarik sekali perbincangan kita kemarin tentang karya perupa Heri Dono yang berjudul "The Golden Shit." Asyik ya memasuki karya seni dan membicarakannya. Kita tidak berhenti hanya pada memandang bentuk luar karya saja.
Sebenarnya Heri sendiri sudah menjelaskan karyanya itu dan memberitahu kita tentang bagaimana munculnya ide untuk membuat patung itu. Sederhana sekali sebenarnya. Simaklah kutipan di bawah ini dari The Jakarta Globe:
[Terjemahan bebas saya dalam bahasa Indonesia ada di bawah]
In December, the 51-year-old artist displayed his unique sculpture of a white porcelain dog defecating, entitled “The Golden Shit,” at an art gallery in Berlin. The sculpture was meant to protest the road signs that he saw along the roads in the city of Nordsee, on the island of Wangerooge, Germany, requiring dog owners to dispose of their pets’ waste.
“Dog shit is seen as something dirty and disgusting,” he said. “But actually, it can be recycled into something useful and valuable. In Switzerland, for example, they recycle human waste and turn it into biogas energy for the city’s central heating system.”
-----------
Pada bulan Desember [2010 - ydb], artis berusia 51 tahun [sekarang 54 tahun] memamerkan patung anjing yang sedang BAB yang terbuat dari porselen putih, berjudul "Tahi Emas," di sebuah galeri seni di Berlin. Patung itu dimaksudkan untuk memprotes tanda-tanda di jalan yang Heri lihat di sepanjang jalan di kota Nordsee, di pulau Wangerooge, Jerman, yang mengharuskan pemilik anjing membuang kotoran hewan peliharaan mereka.
"Tahi anjing dipandang sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan," katanya. "Tapi sebenarnya, kotoran anjing itu dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang berguna dan berharga. Di Swiss, misalnya, mereka mendaur ulang kotoran manusia dan mengubahnya menjadi energi biogas untuk sistem pemanas sentral kota."
ydb, washington dc, usa, 9 september 2014
salam damai dan kasih untukmu semesta
jaga bara!
*******

Thursday, September 11, 2014

MAINKAN PERANMU

*******

MAINKAN PERANMU!
oleh Yuno Delwizar Baswir

Tiap orang memainkan perannya.
Tiap orang bermain.
Sebagian bermain-main.
Kebanyakan dipermainkan.
Pemimpin bermain sebagai pemimpin.
Rakyat bermain sebagai rakyat.
Penguasa bermain sebagai penguasa.
Pembunuh, pembunuh.
Koruptor, koruptor.
Penjahat, penjahat.
Pemerkosa, pemerkosa.
Penindas, penindas.
Penghasut, penghasut.
Ulama, ulama.
Pendeta, pendeta.
Seniman, seniman.
Penonton,penonton.
Semua bermain.
Banyak yang lupa kala bermain.
Banyak berlumur dosa kala bermain-main.
Sungguh kasihan yang dipermainkan!

Kawan,
Apa peranmu?
Dimana posisimu?
Siapa kawanmu?
Siapa pula musuhmu?
Tuhankah sutradaramu?
Atau Setankah teman mainmu?

Ada yang tertawa kala bermain.
Ada yang menangis.
Ada yang meringis.
Ada yang terluka.
Banyak yang kehilangan nyawa.

Tiap orang bermain.
Banyak yang hanya main-main.
Apa peranmu dalam permainan ini, Kawan?
Kesempatan mainmu hanya sekali ini.
Begitu kau mati, tak ada lagi.
Apa yang kau puja?
Siapa yang kau bela?

Ini dunia gila.
Kejahatan merajalela.

Peranmu mainkan saja!

*

Washington DC, U.S.A.
29-12-2007
-------------------------------------------------
Salam Damai dan Kasih untukmu Semesta

*******

SENIMAN DAN KARYANYA

*******

Sejak dulu seniman menggunakan karya seni untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain, kepada dunia. Melalui karya seni, ia juga mengabadikan pikiran dan perasaannya.
Seniman yang hebat menyadari sepenuhnya tentang dahsyatnya kemampuan karya seni untuk membawa pesan, bagaikan dahsyatnya kemampuan alam semesta membawa wahyu Tuhan Sang Maha Pencipta. Manusia yang hebat menyadari sepenuhnya tentang dahsyatnya kemampuan wahyu Tuhan mengubah tingkah laku manusia akibat perubahan dalam pikiran dan perasaannya. Begitu pula dengan seniman yang hebat, ia menyadari sepenuhnya tentang dahsyatnya kemampuan karya seni untuk membawa pesan yang dapat mengubah pikiran dan perasaan orang lain, dengan demikian mengubah tingkah laku mereka.
Karya seni mampu mengubah manusia menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang lebih manusia, manusia yang lebih sempurna.
Tapi tidak semua seniman menyadari ini. Terlalu banyak manusia menyia-nyiakan alam semesta, menyia-nyiakan wahyu. Terlalu banyak seniman menyia-nyiakan karya seni. Terlalu banyak karya seni yang tanpa isi - indah di luar tapi tak berisi pikiran dan perasaan berkualitas tinggi di dalamnya. Akibatnya, terlalu banyak karya seni yang tidak "menolong", tidak "menyembuhkan", tidak mengubah tingkah laku manusia lain. Karya seni begini dihasilkan oleh seniman yang tidak hebat, meskipun ia "populer", disanjung banyak orang. Seniman yang tidak hebat ini menyia-nyiakan kemampuan karya seni. Ia tidak mampu menghargai kedahsyatan karya seni sepantasnya, selayaknya. Karya-karya mereka hanya bisa digunakan untuk hiburan sepintas lalu. Karya-karya mereka tidak menimbulkan perenungan di pihak penikmat. Karya-karya mereka rendah mutunya.

Karya-karya bermutu rendah akan dilupakan. Seniman penciptanya pun akan dilupakan.

*

Yuno Delwizar Baswir.
Washington DC, U.S.A.
15 Juni 2014
Salam Damai dan Kasih untukmu Semesta

*******

SENIMAN

*******
Seniman, seperti manusia lain, harus memilih dalam hidupnya. Ia harus terus-menerus memilih dalam berkarya. Pilihan yang dibuatnya akan menunjukkan siapa dia, dan kualitasnya sebagai seniman.
Banyak seniman yang memilih untuk terus kreatif. Tapi banyak pula seniman yang memilih untuk berhenti kreatif.
Seniman kreatif akan terus mencari hal-hal baru untuk diekspresikan, dan cara-cara baru pula untuk mengekspresikannya. Mengulang-ulang hal lama dan cara-cara lama bukanlah kebiasaannya. Baginya, dia berhenti menjadi seniman kreatif ketika dia melakukan pengulangan. Kegelisahannya adalah kegelisahan seorang pencari. Kebahagiaannya adalah kebahagiaan seorang penemu dan pencipta.
Banyak seniman, karena berbagai alasan, berhenti menjadi kreatif. Bisa jadi dia telah berusaha mencari hal baru dan cara baru untuk disampaikan, tapi dia tidak menemukannya. Bisa jadi dia tidak lagi kreatif karena kemalasan mencari. Bisa pula karena perasaan nyaman. Dia merasa nyaman dengan apa yang sudah dicapainya, dengan kepopulerannya, dengan uang atau harta yang sedang dinikmatinya sebagai imbalan dari penjualan karya-karyanya. Kenyamanannya membunuh kreatifitasnya. Kenyamanannya adalah kenyamanan seorang yang tidak lagi perlu mencari.

Seperti manusia lain, seniman hendaknya peduli tentang lingkungannya, tentang apa yang terjadi di sekitarnya, di kotanya, di negaranya, di dunianya. Kejadian di sekitarnya sesungguhnya adalah inspirasi yang tak habis-habisnya baginya dalam menciptakan karya-karya yang kreatif.
Sebaiknyalah dia terlibat dalam dialog yang sedang berlangsung tentang persoalan-persolan yang sedang dihadapi zamannya. Karya-karyanya seharusnya mencerminkan hal-hal yang sedang terjadi di zamannya.
Banyak seniman memilih untuk tidak peduli dengan persoalan-persoalan yang dihadapi zamannya, persoalan-persoalan yang sedang terjadi di sekitarnya.
Jutaan orang menderita di sekitarnya, ratusan ribu mayat bergelimpangan di negerinya, bencana di mana-mana, pemimpin dan penguasa buruk menyalahgunakan kekuasaan mereka, namun seniman-seniman ini tetap saja bicara tentang keindahan warna, garis, tekstur, komposisi, keindahan bulan dan bunga. Karya-karya mereka tak sedikitpun tersentuh oleh atau mencerminkan persoalan-persoalan dahsyat yang sedang berlangsung di sekitarnya. Karya-karya mereka menjadi karya-karya yang asing terlahir di zamannya. Seniman-seniman ini menjadi seniman-seniman asing yang hidup di zamannya. Mereka bukanlah anak-anak zamannya.

Seniman, seperti manusia lainnya, kadang-kadang membuat pilihan yang buruk, tidak saja untuk dirinya, tapi juga untuk dunianya.

*

ydb, washington dc, usa, 5.7.2014
salam damai dan kasih untukmu semesta

*******

IBUKU DAN AKU

*******
Aku baru saja menelpon Ibuku. Usianya 81 tahun. Beliau di Yogyakarta, aku di Washington DC.
Kami menikmati sekali percakapan kami. Kami banyak ketawa.

Lalu aku bertanya:"Ma, Mama masih ingat lukisan Mama yang Del buat dulu itu?"

Ibuku:"Ya ingatlah, lukisan itu kan Del buat setelah Mama kembali dari naik haji tahun 1980. Lukisan itu sekarang ada di rumah lama kita di kampung."

Aku:"Wah, lukisan itu bisa hancur tuh, kan atap rumah lama kita itu bocor-bocor..."

Ibuku:"Kita saja bisa hancur nak, apalagi lukisan..."

Aku:"Hahaha.....iya Ma..."

Ibuku:"Hahaha..."

Ibuku dan aku:"Hahahahaha...."

ydb, washington dc, usa, 11 juli 2014
salam damai dan kasih untukmu semesta!

*******